trauma
Radiologi adalah suatu jenis pemeriksaan radiologi yang mana ditujukan
bagi seorang radiografer untuk dapat membuat gambaran sebaik dan sejelas
mungkin dari pasien – pasien trauma yang kebanyakan tidak kooperatif
dalam menjalankan pemeriksaan rontgen. Trauma Radiologi yang biasa
dijumpai pada bagian Instalasi Gawat Darurat sebuah rumah sakit dapat
menjadi sebuah pilihan lingkungan pekerjaan yang menarik dan menantang
bagi seorang radiografer. Namun ,tidak dapat dipungkiri juga kasus –
kasus trauma radiologi pun dapat menjadi sebuah pekerjaan radiografi
yang menakutkan atau bahkan membuat pusing kepala. Perbedaan teknik
pemeriksaan yang harus dilakukan terhadap pasien yang bukan kasus
trauma dengan pasien yang mengalami kasus trauma amat bergantung pada
persiapan seorang radiografer dalam menangani situasi tersebut. Tanggung
jawab dalam penatalaksanaan pemeriksaan kasus trauma radiologi ini
menjadi sesuatu yang tak dapat disepelekan oleh seorang radiografer.
Kasus
trauma dapat terjadi pada semua rentang usia. Trauma dapat diartikan
sebagai sebuah kejadian tiba – tiba ,yang tak terduga dan terjadi secara
cepat. Sumber kasus trauma di Amerika ,National Trauma DataBase
menyebutkan bahwa sekitar 1.1 juta kasus trauma tercatat sepanjang
periode tahun 2004. Dengan rentang usia pasien antara 0 tahun sampai 85
tahun .Dengan catatan kasus paling banyak disebabkan oleh kecelakaan
lalulintas. Pasien- pasien yang sering ditemukan sudah dalam kondisi
yang tidak sadarkan diri dan tentunya memerlukan penanganan penuh dari
seorang tenaga medis yang dalam hal ini adalah kita sebagai seorang
radiografer.
Berikut
ini ialah beberapa hal penting yang harus dipahami dan dimengerti oleh
seorang radiografer dalam menangani kasus – kasus trauma radiologi.
1) Waktu
Waktu
menjadi sebuah asset yang amat berharga ,khususnya dalam menangani
kasus pasien trauma. Namun bukan berarti pemeriksaan tersebut
dilaksanakan dengan asal- asalan dan seenaknya saja. Pemeriksaan ini
dimaksudkan sesegera dan secepat mungkin ,mengingat kondisi pasien yang
tentunya membutuhkan penanganan lebih lanjut sesudah dirontgen.
2) Pemposisian Pasien dan Objek
Bertindak
hati – hati dalam pemposisian pasien trauma menjadi hal utama yang
harus diperhatikan,mengingat kondisi tubuh pasien yang tentunya tidak
sebaik yang kita duga. Sebisa mungkin posisikan secara maksimal
kemampuan tube dan kaset dalam pemposisiannya daripada kita hanya
terfokus pada pemposisian organ tubuh pasien yang kondisinya akan sulit
untuk diatur.
3) Proteksi Radiasi
Hal
penting yang harus selalu diingat juga oleh seorang radiografer pasien
trauma ialah proteksi radiasi yang mencakup pasien trauma tersebut ,si
radiografer itu sendiri beserta tenaga medis lainnya yang berada pada
area pemeriksaan sinar X tersebut. Contoh – contoh proteksi radiasi
tersebut antara lain :
- Gunakan kolimasi secukupnya pada batas area objek yang akan dirontgen saja.
- Memastikan
tenaga medis dan orang – orang di sekitar pasien harus dievakuasi
sementara saat adanya eksposi. Dan bila diharuskan adanya orang lain di
sekitar pasien , maka seorang radiografer pasien trauma tersebut harus
melindungi orang tersebut dengan menggunakan apron
berminat jadi radiografer igd ??
http://cafe-radiologi.blogspot.com/2010/08/ugd-radiologi-unit-gawat-darurat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar