“Prosedur Pemeriksaan dan Penatalaksanaan Teknik Radiografi Antegrade Pyelografi
(APG)”
Disusun oleh :
OKI NUR FAJRI P2.31.30.0.11.029
RORY AGUSTRIA P2.31.30.0.11.030
TINGKAT II REGULER
JURUSAN
TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK
KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN JAKARTA II
Jl.
Hang Jebat III Blok F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 1212
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr,Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur
kehadirat ALLAH SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Makalah ini disusun untuk tugas Tenik Radiografi Lanjut jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi di Politeknik Kesehatah Kemenkes Jakarta II. Makalah ini
membahas tentang “Prosedur Pemeriksaan
dan Penatalaksanaan Teknik Radiografi
Antegrade Pyelografi (APG)”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita, Amin.
Jakarta, Januari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………. i
Daftar Isi ……………………………………. ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang …………………………………… 1
1.2 Tujuan ............................................... ........
2
Bab II Isi
2.1 Prosedur Pemeriksaan …………………………………...
3
2.2 Komplikasi yang Mungkin Terjadi
pada
Pasien …………………………………...
4
Bab III Pembahasan …………………………………...
5
Bab IV Penutup
1.1 Kesimpulan …………………………………… 14
1.2 Saran …………………………………… 14
Daftar Pustaka
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang
Saluran kemih merupakan sebuah sistem yang sangat berperan
dalam proses metabolisme yang dilakukan tubuh. Sistem ini tersusun atas
beberapa organ diantaranya sepasang ginjal, sepasang ureter, kandung kemih dan
uretra. Sistem saluran kemih berfungsi sebagai sistem yang mensekresikan dan
mengekskresikan zat-zat hasil metabolisme tubuh. Karena perannya yang besar,
gangguan pada salah satu organ atau sebagian dari organ penyusun saluran kemih
ini dapat menganggu metabolisme tubuh yang berujung pada terganggunya kesehatan
tubuh seseorang. Oleh karena itu, berbagai cara, upaya dan teknik kesehatan
yang membantu mendiagnosa dan mengatasi segala gangguan dari organ-organ sistem
saluran kemih terus dikembangkan.
Gambaran radiologi yang dihasilkan dari pemeriksaan
radionuklir (Rontgen, USG, CT Scan, MRI dan Kedokteran Nuklir) mempunyai peran penting
dalam mendiagnosa dan memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk mengetahui
berbagai gangguan yang terjadi pada organ – organ tubuh. Dengan adanya bantuan
dari visualisasi yang dicitrakan oleh berbagai alat ini, semua bendtuk
gangguan-gangguan yang terjadi pada tubuh dapat diketahui dan diatasi lebih
cepat. Teknik radiografi konvensional (rontgen) merupakan suatu usaha yang
digunakan untuk mendapatkan visualisasi dari anatomi maupun fungsi organ atau
sistem dari saluran kemih yang dicurigai mengalami gangguan yang dapat
mengganggu proses metabolisme yang dilakukannya.
Banyak teknik
radiografi yang digunakan untuk mendapatkan visualisasi dari organ-organ
penyusun sistem saluran kemih, baik untuk mendapatkan gambaran anatomi atau pun
untuk mendiagnosa fungsi dari sistem saluran kemih itu sendiri. Oleh karena
organ penyusun sistem saluran kemih ini merupakan organ lunak yang visualisasi
anatominya tidak dapat diperoleh melalui teknik radiografi biasa, maka semua
teknik pemeriksaan yang digunakan untuk menggambarkan sistem saluran kemih memanfaatkan kontras
media sebagai alat bantu pemeriksaan. Kontras media yang digunakan ini akan
memberikan visualisasi berupa anatomi dan gambaran fungsi sistem yang bekerja.
Kontras media yang digunakan akan memberikan efek radioopac pada organ yang
dimasukinya sehingga membuat objek yang diperiksa memiliki visualisasi yang
berbeda dengan organ disekitarnya.
Kontras media yang digunakan untuk memvisualisasikan
organ-organ penyusun sistem saluran kemih akan dimasukkan ke dalam tubuh dengan
berbagai cara/teknik. Teknik pemasukan kontras media yang biasa digunakan dalam
pemeriksaan radiologi untuk sistem saluran kemih diantaranya BNO IVP (teknik
pemasukan kontras media melalui pembuluh darah), Retrograde Pyelografi (teknik
pemasukan kontras media dengan menggunakan kateter, aliran konras media melawan
arah arus saluran kemih) dan Antegrade Pyelografi (teknik pemasukan kontras
media secara percutaneus atau dapat melalui nephrostomy tube).
Teknik Antegrade Pyelografi yang dibahas dalam makalah ini
merupakan teknik yang dilakukan apabila teknik – teknik radiografi lainnya
tidak dapat memberikan gambaran maksimal dari susunan sistem saluran kemih yang
diperiksa. Teknik Antegrade Pyelografi merupakan teknik yang digunakan untuk mendiagnosa
klinis obstruksi yang terjadi pada saluran kemih bagian atas seperti ginjal dan
ureter.
1.2 Tujuan
Secara umum,
teknik Antegrade Pyelografi dilakukan dengan tujuan untuk memvisualisasikan
struktur anatomi dari traktus urinarius (saluran kemih) sehingga dapat
memberikan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai gangguan yang diderita
pasien, hal tersebut diharapkan karena teknik radiografi lain yang telah
dilakukan tidak mampu memberikan hasil maksimal bagi dokter untuk menegakkan
diagnosa atas gangguan yang diderita pasien.
Namun, bila
dirinci lagi, ada beberapa tujuan spesifik dari
pemeriksaan ini. Teknik ini
dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu seperti :
-
Mendeteksi
adanya obstruksi yang terjadi pada organ-organ saluran kemih
-
Melihat
anatomi dan keadaan organ sebelum operasi
-
Evaluasi
pasca operasi terhadap ginjal dan ureter
BAB II
Isi
2.1
Prosedur Pemeriksaan
Teknik pemeriksaan Antegrade
Pyelografi dilakukan dengan penyuntikan kontras media positif secara
percutaneus langsung ke system pelvicalyces dengan menggunakan jarum suntik
nomor 22. Penyuntikan dilakukan langsung dan aliran kontras media dikontrol
fluoroskopi mulai dari masuknya kontras media ke dalam ginjal, ureter sampai ke
kandung kemih. Bila dalam pemeriksaan sebelumnya aliran kontras media berhenti
dan dicurigai adanya obstruksi/filling defect, maka pemeriksaan dapat
dilanjutkan tindakan Whitaker’s Test sebagai prosedur lanjutan untuk
mengevaluasi ketidakjelasan mengenai sebab terjadinya pembesaran dari system
pelvicalyces saat disuntikkan kontras media secara percutaneus.
Whitaker’s Test
(ditemukan oleh seorang urologist Inggris, Robert Whitaker pada abad 20)
dilakukan dengan memasukkan canule secara percutaneus ke dalam renal pelvis
dengan aliran kontras media pada kecepatan rata-rata 10 ml/menit dengan
dikontrol fluoroskopi dan pada saat bersamaan pencatatan terhadap tekanan
aliran kontras media di dalam renal pelvis dan kandung kemih dilakukan untuk
mengidentifikasi obstruksi yang terjadi pada kasus yang diragukan sebelumnya.
Kontras media
yang disuntikkan untuk setiap pemeriksaan antegrade pyelografi biasanya sekitar
60 ml, kontras ini disuntikkan perlahan-lahan dengan kecepatan rata-rata 10
ml/menit. Selama penyuntikan berlangsung dikontrol dengan fluoroskopi hingga
selama lebih kurang 6 menit. Setelah pemeriksaan selesai, hasil fluoroskopi
berupa rekaman gambar yang menunjukkan adanya kasus obstruksi dicetak menjadi
gambar radiografi (foto rontgen).
2.2
Komplikasi yang Mungkin Terjadi pada Pasien
Pada saat pemeriksaan
maupun sesudahnya menyebabkan kemungkinan timbulnya beberapa komplikasi yang
terjadi pada pasien. Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien diantaranya :
-
Pendarahan
pada organ-organ yang diperiksa
-
Pembekuan
darah di dalam nephrostomy tube yang digunakan
-
Pembekuan
darah di dalam organ-organ yang diperiksa
-
Gangguan
denyut jantung, tekanan darah dan keseimbangan elektrolit tubuh
-
Infeksi
bakteri yang disebabkan ketidaksterilan alat
Kontraindikasi Pemeriksaan APG :
Teknik Antegrade Pyelografi tidak dapat dilakukan pada pasien yang memiliki
gangguan pembekuan darah,
BAB III
Pembahasan
Teknik Antegrade Pyelografi
digunakan dalam pemeriksaan dengan dugaan adanya obstruksi yang disebabkan
adanya batu, tumor, atau nefrotik papillae pada saluran kemih. Pada kasus
obstruksi ini, kontras media yang digunakan tidak dapat masuk ke dalam ginjal
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu digunakan canule sebagai alat untuk
memasukkan kontras media ke dalam ginjal pada teknik Antegrade Pyelografi.
Kontras media yang disuntikkan ke
dalam canule dengan kecepatan rata-rata 10 ml/menit dilakukan secara perlahan
agar dapat dikontrol aliran masuknya kontras media tersebut dengan fluoroskopi,
kontras media yang digunakan biasanya sebanyak 60 ml untuk setiap pemeriksaan.
Pemeriksaan dibawah kontrol fluoroskopi ini berlangsung selama 6 menit.
Pemeriksaan teknik Antegrade
merupakan tindakan awal yang dilakukan dalam proses pemasangan Percutaneus
Nephrostomy (PCN). Nephrostomy tube yang dipasang digunakan sebagai alat yang
membantu mengeluarkan urine dari dalam ginjal. Pemasangan nephrostomy tube
dapat mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh terutama di dalam ginjal, hal
ini disebabkan karena banyaknya urine yang keluar melalui alat tersebut.
Dari kontrol fluoroskopi pada
pemeriksaan dengan teknik antegrade pyelografi didapatkan hasil berupa gambaran
radiografi yang akan menunjukkan klinis yang terjadi pada organ-organ system
saluran kemih. Teknik antegrade pyelografi tidak hanya dilakukan untuk
mendiagnosa klinis-klinis pada pasien, namun teknik ini juga digunakan untuk
memantau system perkemihan setelah dilakukannya tindakan operasi.
Berikut beberapa gambar radiografi hasil pemeriksaaan
Antegrade Radiografi :
Gambar di atas menunjukkan pemasukan kontras
media melalui canule di dalam ginjal.
Ke empat gambar di atas merupakan hasil dari
pemeriksaan antegrade pyelografi yang dikontrol fluoroskopi. Dari gambaran
radiografi tersebut terlihat bahwa kontras media dari ginjal tidak dapat
mengalir ke vesica urinaria melalui ureter. Dari gambar juga terlihat adanya
double J stent yang terpasang pada ginjal sampai ke vesika urinaria. Alat
inilah yang membantu mengalirkan kontras media sehingga terkumpul di dalam
vesica urinaria.
Berikut ini adalah gambaran
radiografi hasil dari pemeriksaan APG di salah satu rumah sakit, dengan pasien
bernama Tn, Iyus Supriyatna umur 45 tahun, kontras media yang digunakan
diinjeksikan langsung ke ginjal melalui canule yang ujungnya dimasukkan di dalam
ginjal.
Gambar radiografi (17 gambar) di
atas merupakan gambaran radiografi yang diambil pada saat pemeriksaan APG untuk
ginjal kanan. Dari gambar terlihat proses pengisian kontras media dari canul
hingga ke ureter dan blast.
Gambaran radiografi di atas (23
gambar) merupakan gambaran radiografi dari ginjal kanan pada pasien yang sama
saat dilakukan pemeriksaan APG. Dari gambar terlihat dengan jelas proses
masuknya zat kontras mengisi ginjal pasien.
Gambaran di atas merupakan
gambaran radiografi dari blast dari pasien yang sama setelah dilakukan
pemeriksaan APG. Dari gambar terlihat blast sedikit terisi kontras media.
BAB IV
Penutup
4.1.
Kesimpulan
Antegrade Pyelografi adalah teknik
pemeriksaan untuk saluran kemih dengan menyuntikkan kontras media secara
percutaneus agar didapatkan hasil diagnosa terhadap renal collecting system
atau untuk menilai aspirasi urine pada kasus pyelonefrosis.
Whitaker’s Test
merupakan salah satu prosedur dalam pemeriksaan dengan teknik Antegrade
Pyelografi. Whitaker’s Test dilakukan dengan memasukkan canule secara
percutaneus ke dalam renal pelvis, melalui canule ini kontras media disuntikkan
dengan kecepatan rata-rata 10 ml/menit dan dikontrol fluoroskopi.
Teknik Antegrade
Pyelografi ini dilakukan untuk melihat struktur anatomi organ dan mendeteksi
adanya gangguan pada organ-organ saluran kemih. Gangguan-gangguan pada saluran
kemih yang sering dilakukan dengan menggunakan teknik antegrade pyelografi
berupa kasus obstruksi/filling defect dan pyelonefrosis yang disebabkan karena
adanya batu, tumor, atau pun nekrotik papillae.
4.2. Saran
·
Sebelum
pemeriksaan di mulai sebaiknya kondisi pasien di periksa kembali dan dipastikan
dalam keadaan yang siap untuk dilakukan tindakan Antegrade Pyelografi hal ini
untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak dikehendaki.
·
Semua
alat-alat yang akan digunakan harus aman dan dalam keadaan yang steril jika
kondisi pasien rentan terhadap perdarahan.
·
Karena
kontraindikasi pada pemeriksaan Antegrade Pyelografi adalah pasien dengan
gangguan pembekuan darah maka hal tersebut menjadi perhatian utama sebelum
tindakan APG dilakukan.
Daftar Pustaka
Suswaty,
Susy. 2009. Bahan ajar Teknik Radiografi
dengan Kontras Media untuk Mahasiswa Semester Tiga Sub Materi Antegrade
Pyelografi. Poltekkes Depkes Jakarta II. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar